Kamis, 08 November 2012

cerita kado ulang tahun


Kado Ulang Tahun Dari Mama
 

Setiap tanggal 7 Juni Mama selalu merayakan ulang tahunku.  Pada ulang tahunku yang ke 12, mama memberiku sebuah kado yang sangat menarik. Sebuah sepeda mini termahal yang pernah dijual di Indonesia.
Aku senang menerima hadiah dari mama.  Bukan saja karena harganya yang sangat mahal, tetapi juga  karena mama memperbolehkan aku bersepeda ke sekolah.
"Ketika usiamu menginjak 12 tahun engkau boleh bersepeda ke sekolah," kata mama suatu hari.
"Kenapa harus menunggu usia 12 tahun?" aku bertanya dengan kesal.
"Tubuhmu kecil Nita.  Kalau engkau bersepeda pada usia 10 tahun, aku khawatir akan keselamatanmu.  Kendaraan yang begitu padat selalu menghantuiku."
Akhirnya aku memaklumi kekhawatiran mama.
Kini aku boleh bersepeda ke sekolah.  Teman-temanku menyambutku dengan riang.  Mereka senang karena aku mempunyai sepeda baru.
"Aku boleh pinjam ya Nita?" seru Triana sambil mendekatiku.
"Aku juga ya Nita?" kata yang lain.
Aku mengangguk lemah.  Bukan aku tidak mau memberi pinjaman kepada teman.  Aku khawatir mereka tidak bisa bersepeda dengan baik.  Jika jatuh tentu sepedaku lecet, atau ada bagian yang rusak.  Tapi tak mungkin aku menolak keinginannya. 
"Tapi hati-hati ya!" seruku mengingatkan.
Triana senang sekali ketika aku mengijinkan dia naik sepeda.  Selama ini dia tidak pernah mempunyai sepeda.  Kalau ingin naik sepeda selalu pinjam teman.  Biasanya teman-teman jarang yang memberi pinjaman.  Alasannya sederhana saja, takut sepedanya rusak.
Aku hanya melihat-lihat Triana bersepeda.  Suatu saat hampir saja ia jatuh, tapi aku berhasil menangkapnya.  Setelah itu aku tidak memperbolehkannya lagi.  Setelah Triana kini Nunung yang pinjam.  Karena aku sudah berjanji untuk memberikan pinjaman maka kuberikan sepeda kesayanganku.
Nunung lebih mahir bersepeda dari pada Triana, walaupun begitu dia agak ugal-ugalan.  Di tempat yang sempit pun dia berani naik sepeda.  Karena sikapnya yang ugal-ugalan itu maka ia terjatuh.  Aku menjerit tapi Nunung hanya tersenyum saja.
"Wah...pasti aku dimarahi mama," kataku kepada Nunung.
"Ah begitu saja marah.  Mana mungkin mamamu akan marah?  Bukankan kamu anak kesayangan?" kata Nunung tanpa memperdulikan perasaanku.
"Enak saja kamu berbicara.  Di rumah pasti mama memarahiku.  Bisa-bisa aku tidak boleh naik sepeda lagi."
Ketika pulang sekolah hatiku bimbang.  Pikiranku hanya teringat mama.  Kalau aku bercerita terus terang tentu mama akan marah, tapi jika aku berbohong aku merasa berdosa. Kini sayap depan sepedaku terkelupas sedikit.  Mama pasti akan mengetahuinya.  Karena itu aku akan bercerita terus terang.
"Bagaimana Nita enak kan memakai sepeda baru?"
Aku mengangguk.
"Lho, kenapa wajahmu kusam?  Ada apa, sayang?"
Aku secepatnya menjelaskan masalahnya.  Hatiku bimbang.
"Jadi temanmu yang jatuh?"
Aku mengangguk.
"Semahal apapun sepeda tidak lebih baik dari persahabatan," kata mama dengan wajah tenang.
"Maksud mama?"
"Jangan risaukan semua itu.  Mama memang memberimu hadiah ulang tahun, tapi mana mungkin engkau sendiri yang akan naik sepeda?  Bukankah teman-temanmu juga ingin mencobanya?"
Sungguh aku malu kepada Nunung.  Ketika Nunung menjatuhkan sepedaku, aku cemberut dan marah-marah.  Ternyata mama justru sebaliknya.
"Apakah engkau memarahi Nunung?"
"Tentu saja Ma.  Aku sayang sekali dengan sepeda baru itu.  Mama membelinya dengan uang yang sangat banyak."
Mama tertawa mendengar pengakuanku.
"Nita, Nita...sekali lagi mama katakan...jangan engkau tukar persahabatan dengan sebuah sepeda.  Jika engkau tidak mempunyai teman, pasti engkau susah.  Tetapi jika kamu bersepeda dengan sepeda yang rusak sedikit, engkau masih tetap bahagia."
Keesokan harinya, aku buru-buru menemui Nunung.  Aku ingin minta maaf karena aku marah-marah kepadanya.  Tetapi kata Triana, Nunung tidak masuk sekolah karena takut telah merusak sepedaku.  Aku mengajak Triana ke rumah Nunung.  Begitu tahu kedatanganku, Nunung berlari masuk ke rumahnya.
"Nunung, aku datang untuk minta maaf kepadamu.  Mama tidak memarahiku, mama maklum kesalahanmu.  Karena itu aku kemari ingin minta maaf."
Tak berapa lama, Nunung keluar dari kamarnya dan segera memelukku.
"Maafkan aku, Nita.  Aku telah merusak sepeda kesayanganmu!"
"Maafkan aku juga Nung.  Aku terlalu emosi!"
Kami menjadi teman baik kembali.  
 




cerita cinta sedi tiga yang harus memilih

 0are  
Cinta Segi Tiga: Jika Hati Harus Memilih…

13281200721242774058
Pagi belum lagi membuka matanya. Masih gelap di luar.
DEE merapatkan diri pada suaminya. Kuti dengan segera mengerti, istrinya ingin dipeluk. Dan dia tak pernah keberatan untuk meluluskan keinginan itu.
Dengan senang hati, Dee menikmati kehangatan pelukan suaminya.
Lalu, tiba- tiba saja dia teringat pada sebuah film yang ditontonnya di televisi kemarin malam..
“ ‘yang… “ Dee mengajak Kuti mengobrol
“ Mmm… “ jawab Kuti
“ Membuat pilihan itu memang tidak pernah mudah, ya… “ kata istrinya.
Kuti melirik sang istri. Mencoba menebak, mengapa istrinya mengajaknya bicara tentang sebuah pilihan.
“ Ya, “ jawab Kuti, “ Tidak mudah terutama kalau pilihannya sulit. Dua- duanya menyenangkan, misalnya, atau keduanya tidak menyenangkan… “
Dee mengangguk.
“ Itu… seperti yang di film kemarin itu…”
Film?
Oh, Kuti mengerti kini. Walau dia sendiri hanya melihat sekilas- sekilas apa yang ditayangkan di televisi, dia dapat menangkap jalan ceritanya.
Ada bumbu cerita cinta segitiga dalam film itu. Melibatkan dua orang gadis dan seorang pemuda lajang. Ada rencana pernikahan yang terhambat karena lebih dari dua orang yang terlibat dan pilihan siapa yang akan menikah dengan siapa menjadi rumit.
Terdengar suara Dee kembali berkata- kata
“ Itu sebabnya ‘yang, selama ini aku tak pernah percaya pada faham ‘selama janur kuning belum melengkung’ itu… “
Kuti tersenyum.
Bahwa istrinya tak sependapat dengan faham ‘selama janur kuning belum melengkung’ bagi para lajang atau faham populer lain ‘ everything is fair in love and war’, tentu saja Kuti sudah tahu sejak lama.
Ribuan kali Dee mengatakan hal itu.
Ribuan kali pula Dee selalu mengatakan bahwa menurut pendapatnya, selalu ada batas antara yang fair dan tidak. Sebab menurutnya, selalu ada aturan tentang suatu kepantasan.
‘Sepanjang janur kuning belum melengkung’ menurut Dee adalah pendapat yang kurang tepat. Dalam hubungan antar manusia yang melibatkan rasa, maka setiap orang harus mempertimbangkan kepentingan orang lain serta menghormati komitmen yang pernah diberikan.
“ Pada akhirnya, “ terdengar suara Dee, “ hubungan cinta segitiga seperti yang diceritakan dalam film itu hanya akan menyakiti semua pihak… “
“ Jika ketiganya adalah orang- orang baik yang halus perasaannya, maka kesakitan dan luka itu akan menjadi lebih dalam. Karena itulah, hal- hal seperti itu seharusnya dihindarkan sejak awal…” Dee melanjutkan komentarnya.
Kuti tersenyum.
“ Tapi tidak selalu mudah untuk mengendalikan perasaan Dee, “ kata Kuti, “ Kadang- kadang tanpa disadari, orang jatuh cinta begitu saja pada seseorang, dan jatuh cintanya dalam… Begitu saja terjadinya, tanpa rencana… “
Dee mengangguk.
“ Aku mengerti, “ katanya. “ Cinta memang bisa muncul begitu saja. Aku mengerti… Tapi… manusia juga diberi logika. Dan saat jatuh cinta, orang tak boleh membutakan diri dan mematikan nalarnya. Pada saat- saat seperti ini, logika seharusnya bisa berperan dan menjadi rem untuk mengendalikan tindakan… “
Ah… pikir Dee, membuat pilihan memang tak pernah mudah. Apalagi jika menyangkut urusan- urusan hati.
***
Suasana menjadi sunyi sejenak. Tak ada yang berkata- kata.
Dan setelah sekian lama, terdengar suara Kuti.
“ Dee, “ kata Kuti, “ Ingat nggak cerita yang kamu pernah tulis dulu? “
“ Yang mana? “ tanya Dee. Dia menulis banyak cerita, dan entah yang mana yang dimaksud suaminya.
“ Tentang seseorang yang mempertanyakan mengapa mereka tak dipertemukan lebih awal itu… “
Oh itu.
Dee mengangguk. Ya, tentu saja dia ingat cerita berseri itu. Ingat pula beberapa baris kalimat yang dia tuliskan ketika itu…
Long long time ago, in a galaxy far far away…
Suara ombak berdebur di pantai. Bintang gemerlapan di atas langit.
Dua hati, milik seorang gadis dan seorang lelaki gagah mempertanyakan hal yang sama : kalau saja mereka dipertemukan lebih dahulu, akankah ceritanya berbeda ?
Atau, haruskah saat ini, mereka berusaha merancang akhir kisah mereka sendiri ?
Bolehkah? Atau tidak?
“ Ingat nggak komentar aku dulu? “ kata Kuti lagi.
Dee mengingat- ingat apa kata sang suami tentang tulisan itu, dan dia tersenyum. Saat itu, sang suami  mengatakan bahwa tulisan Dee akan tampak aneh di jaman seperti ini. Dee menulis tentang seorang gadis lajang yang gelisah sekali sebab dia mencintai dan dicintai oleh seorang lelaki yang kebetulan telah memiliki kekasih, padahal…
“ Hari gini, Dee… “ kata Kuti, “ Orang banyak bicara tentang selingkuh dalam pernikahan, kamu masih nulis kegelisahan para lajang begitu. Yang mungkin sudah tak lagi dipikirkan oleh kebanyakan orang. Sebab saat lajang, bisa dikatakan orang masih tidak terikat secara formal, kan, walau dia memiliki kekasih. Artinya jika dia berpaling pada orang lainpun… “
Kuti membiarkan kalimatnya menggantung. Tapi bagaimanapun, Dee mengerti apa yang dimaksud. Dan Dee ingat bagaimana dia bersikeras bahwa bagaimanapun menurutnya hal itu tak dapat dibenarkan. Sebab tetap saja itu akan menyakiti hati seseorang.
“ Entahlah, “ kata Dee, “ Orang mungkin beda- beda. Tapi aku tak dapat membayangkan menikah dengan seseorang yang direbut dari kekasihnya seperti itu. Jangan- jangan sepanjang pernikahan ada perasaan bersalah yang akan terus menghantui? “
Ah, pikir Dee, menurutnya, bagaimanapun, selalu ada etika yang harus dipatuhi ketika orang dihadapkan pada pilihan dan langkah yang sulit. Dan seringkali keinginan harus dikalahkan untuk suatu kepatutan sikap.
Bagaimanapun, Dee selalu percaya, saat seseorang berusaha untuk meluruskan sikap, walau mungkin ada nyeri di hati, tak pernah hal tersebut menjadi sia- sia. Selalu ada jalan terang di depan. Selalu akan ada ganti yang lebih baik menanti…
***
Di luar, suara cericit burung terdengar. Pagi telah datang. Sebentar lagi mereka semua sudah harus kembali beraktivitas.
Tapi…
“ ‘yang… “ terdengar suara Dee
“ Ya? “ tanya Kuti
“ Sudah pagi. Tapi… “
“ Tapi apa? “ tanya suaminya
“ Jangan turun dulu dari tempat tidur. Peluk aku dulu sebentar lagi. Semenit lagiiii saja… “
Kuti tertawa. Dia memeluk istrinya lebih erat sambil diacak- acaknya rambut sang istri seraya tersenyum hangat penuh rasa sayang…

Cerita seseorang yang jatuh cinta

JATUH CINTA, KEPADANYA
Pria itu tinggi, putih, tampan. Rambutnya tersisir rapi. Kacamatanya membingkai matanya yang tajam. Tutur katanya lembut. Senyumnya, menawan hati setiap mata yang menatapnya. Gerak geriknya halus, lembut, tidak tergesa-gesa. Setiap langkahnya diikuti tatapan yang menarik perhatian, membuatnya tidak bisa berpaling.

Hatinya berdegup kencang saat pria itu menatapnya sesaat. Keringat menetes di dahinya. Matanya yang takjub menatap pria itu kembali, tapi sayang sang pria memalingkan muka dan menuju ke sudut lain ruangan. Gelisah semakin menerpa hatinya.

Lexi mendesah, dalam hatinya, tak pernah aku merasakan yang seperti ini…
Lexi mencoba memusatkan perhatian pada layar komputer di depannya, sambil mencoba memahami kata-kata pria itu tanpa mengerti satu pun isi pembicaraannya. Mencari korelasi antara sepotong dua potong istilah yang bisa dimengertinya dengan layar yang ada di depannya.

Gilang berbisik di telinganya, “Elu ngerti kagak?”
Lexi nyengir. “Nggak. Kamu ngerti?”
Gilang tertawa. “Apalagi aku. Kita salah kali ya, pergi ke sini?” Terbahak pelan kemudian, Gilang di sampingnya.

Tapi Lexi terdiam. Mungkin iya. Mungkin juga tidak. Kalau ia tidak berangkat, ia mungkin tak akan bertemu pria itu. Tapi dengan keberadaannya di sini, sekarang yang didapatkan hanya hati yang sakit. Jatuh cinta berat yang paling parah yang pernah dirasakannya. Yang dalam hidupnya hanya sekali jatuh cinta, pada suaminya.
Pria itu melangkah lagi menuju deretan tempat duduk di dekatnya. Hatinya semakin tak karuan. Senyum manis dipasangnya. Tapi tidak berguna. Pria itu senyum, tapi bukan untuk memikat hatinya. Senyumnya ramah. Seperti yang diberikannya pada semua orang. Hatinya mendadak hampa.

Tak Cukupkah Engkau?

Masih tak bisa dihilangkannya wajah itu dari benaknya. Perasaan yang muncul selama berada di lab tadi membuatnya tak nyaman. Tak nyaman karena dihiasi rasa bersalah yang tak henti. Tapi juga rasa tak nyaman karena merasakan rasa indah yang sudah lama tak dirasakannya, bahkan dengan suaminya sendiri. Cinta, kemana perginya?

Di sampingnya, tiba-tiba muncul Trey. “Lex, kamu sudah masak?” tanyanya.
Lexi berpaling ke arah Trey. “Belum. Kamu mau makan sekarang?”
“Iya. Aku lapar, nih. Seadanya aja lah,” katanya sambil berjalan ke depan televisi dan duduk di atas tatami. Menyalakan remote dan diam menonton.

Lexi menatap punggung Trey. Should I tell him?
“Jangan yang pedes-pedes ya, Lex,” tiba-tiba Trey berkata, tanpa menoleh.
Lexi terkesiap. “Oke,” katanya pelan.

Lexi membuka kulkasnya. Masih ada daun bawang, daging ayam giling, dan mie. Hm.. Mie souba lagi hari ini cukuplah. Trey tidak akan menolak.

Beberapa saat kemudian Lexi sudah sibuk membuat menyiapkan makanan untuk Trey. Setelah siap, Lexi meletakkan semuanya di meja depan televisi yang memang multi fungsi. Untuk menonton televisi, tempat belajar anaknya, tempat berdiskusi bagi Lexi dan suaminya, juga tempat mengerjakan tugas atau paper yang harus diselesaikan keesokan harinya.

“Dinner is served,” katanya sambil tersenyum.
Trey mengambil piring dan makan tanpa banyak bicara. Jauh di lubuk hatinya, Lexi merasa sedih. Trey jarang sekali berinteraksi secara verbal. Bicara hanya seperlunya. Baik sebelum menikah ataupun sampai sejauh ini pernikahan mereka. Tadinya Lexi tidak perduli. Tapi setelah bertemu dengannya, pria itu,  kehidupan terasa lebih berwarna. Walaupun hanya bisa melihatnya dari jauh, tapi hati terasa lebih ceria, lebih indah dan berbeda dari biasanya.
Lexi menghela nafas panjang. Menatap Trey yang sedang lahap makan, walau seadanya, Lexi merasa dirinya tidak banyak bersyukur. Sudah memiliki seseorang yang begitu mengerti dirinya, sekarang dirinya menginginkan yang lain. Sedangkan pria yang diinginkannya tidak lebih dari sejauh mata memandang tanpa bisa diraih.

Belum cukupkah Trey untuknya? Sedih di dalam hatinya. Setelah melalui suka dan duka bersama-sama. Berkenalan sejak masa kuliah dulu. Jatuh cinta tanpa pamrih. Merasa tidak perlu keindahan fisik di atas keindahan hati. Kejujuran yang selalu diberikan Trey untuknya, walau jarang berkata-kata.
Karena itulah dulu begitu yakinnya Lexi pada Trey, begitu mantapnya mereka satu sama lain. Sejauh ini tidak pernah ada aral melintang. Godaan yang menerpa dari luar. Kecuali saat ini.. Di masa ini. Di episode ini..

Ada rasa lain yang tiba-tiba hadir. Sayangnya itu bukan buat Trey. Perasaan apakah ini? Apakah ini hanya sekedar lalu, atau akan selalu ada? Apakah esok yang diinginkannya adalah bersama pria itu?



Orang Bilang Itu Selingkuh Hati


Sekali lagi di ruangan ini.  Bertemu lagi dengan pria ini. Asing, tampan, memberi rasa hangat yang berdesir di dalam hatinya. Sumpah mati Lexi tidak mengerti apa arti kata-katanya, tapi sungguh menyelami matanya seperti samudra tak berdasar. Keindahan binar matanya seperti mengajaknya terbang ke awan, meraih sejumput awan putih dan bersandar padanya. Menjabat tangannya walau sekilas memberikan damai kepada hatinya, membawa dirinya berlari kencang menembus pagar batas kampus ini dan mendarat di rumput hijau tebal di padang sana, di kelilingi bunga dan wangi bau matahari. Merasa mencinta. Merasa dicinta.

Tapi itu tidak nyata.
Yang nyata sekarang adalah ketika lelaki asing ini memelototinya dengan pandangan mata sebal. Karena Lexi lebih asyik melamun setinggi awan daripada memperhatikan kata-katanya.
Lexi tersenyum bingung. “Sumimasen, Sensei,” katanya pelan.

Pria itu mendelik sekilas lalu melanjutkan penjelasannya tentang sebuah bagan mesin yang terpampang di papan putih.
Lexi menghela nafas. Betapa dirinya merasa teraniaya dalam perasaan yang mestinya menjadikan seseorang bergembira. Karena perasaan yang mengunjunginya itu datang tiba-tiba pada saat dan masa yang salah. Tapi bukan salah dia bila perasaan itu muncul tiba-tiba. Darimana datangnya Lexi juga tidak tahu.

Lexi membuka monitornya ketika si lelaki beranjak keluar dari laboratorium. Waktunya mengerjakan sebisa-bisanya. Salah masuk jurusan atau salah mengambil keputusan berangkat ke Negeri Sakura ini, Lexi tidak tahu, dan tidak mau tahu. Sudah kepalang basah dia dan suaminya yang juga bisa mendapatkan beasiswa yang sama ada disini, berjuang berdua menaklukkan rasa ingin pulang.

Sebuah icon kuning berkedip-kedip di ujung monitornya.
Wina.
“Helooooo…,” ketiknya panjang setelah membuka windows chat-nya.
Gambar icon kuning nyengir muncul. Untunglah hari ini teman karibnya itu online sehingga dia bisa curhat habis-habisan ke ujung dunia sana.

Ngapain lu, ketik Wina.
Biasa di lab, ketiknya.
Asistensi lagi?
Iya. Kamu lagi apa?
Icon nyengir kuda itu muncul lagi. Bete, jawab Wina.
Bete kenapa lagi? Tanyanya.
Biasa, bertengkar sama Adit.
Lexi terkekeh pelan. Sahabatnya yang satu ini sangat mencintai suaminya, tapi kalau bertengkar juga habis-habisan.

Wina     : Lu sama prof gantengmu itu?
Lexi      : Gak, baru keluar dia.
Wina     : Lumayan dong sejenak… (drooling)
Lexi      : Haha, iya, penyegaran.
Wina     : Penyegaran apa penyegaraaannn….. Inget bojo dong…
Lexi      : iye inget. Saking ingetnya ampe lupa gua…
Wina     : ngakak abis deeehh..
Lexi      : Win, sumpah deh gue ada rasa ama dia..
Wina     : ah elu. Cinlok kale..
Lexi      : au ah gelap. Kayaknya gimana yah. Seneng banget ketemu dia.
Wina     : ya iya samalah ama elu dulu ketemu Trey coba, gimana..

Lexi terdiam sejenak. Bingung.

Lexi      : itu kan dulu
Wina     : dulu sih dulu pren. Tapi dah jadi laki lu. Mau dibuang kemana? Susah seneng tanggung berdua katanya. Manee??
Lexi      : yah sekarang mah aku seneng dia yang susah..
Wina     : LOL
Lexi      : trus gimana dong
Wina     : ke laut aja deh lo
Lexi      : serius neeehhh
Wina     : yah abis gimana. Lu dah kawin. Dia orang jepun sono. Mana bodi lu rambo gitu. Mana dia cintrong ama eluuu…
Lexi      : wakkakakakakakakaakka… abis gimana dong. Dia enyak banget diliat nih… Deg deg ser gitu deh tiap ketemu..
Wina     : udah deh kamu konsen ama kuliah napa sih. Ada2 aja nambahin masalah deh
Lexi      : aduh tolongin gw dong Win. Kalu ni urusan kagak selese bisa kacau neh kuliah gw

Lama Wina tidak menjawab.

Wina     : orang bilang tu selingkuh hati lo Lex.. emang kamu ga merasa?

Ganti Lexi yang terpaku di layarnya.

Wina     : Lex, hoiii lu kemane..
Lexi      : iye aku disini
Wina     : bingung?
Lexi      : iya
Wina     : sekarang gini deh. Balik lagi sama tujuan kamu ke sana ngapain. Sekolah kan? Kagak yang aneh2 macem gini kan?
Lexi      : iya
Wina     : sekarang batesin pertemuan ama dia.
Lexi      : mana bisaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa… Dia professor guweee.. ah eluu.. tiap hari juga gw ketemu kalee…
Wina     : oiye :)
Lexi      : hiks :(
Wina     : ya udah. Setiap kali lu ketemu dia, inget Trey. Jangan lepasin Trey dari imajinasimu.
Lexi      : bosen
Wina     : yaolooooooooooooo elu, Lexxx.. ini suami ikut sekolah satu rumah ke sono aja lu selingkuh.. gimana kalo enggakk????!!!
Lexi      : tauk
Wina     : lo marah?
Lexi      : gak lah sama lu  gak mungkin gw marah. Aku bingung banget ni Win.. Kalo bisa sih setiap ketemu tu prof gak usah pake deg2 ser deh..
Wina     : emang dia dah kawin lom?
Lexi      : ude :)
Wina     : bener-bener kamu yaaaa…..
Lexi      : LOL
Wina     : ya udah terserah deh. Sekarang kamu mesti inget Bayu anak lu, ama Trey. Kalau masih ga bisa juga, mending lu pulang deh.. eh sori bener nih aku kudu jemput Fay. Entar onlen lagi ya. Sejam an deh.
Lexi      : iya deh. Thanks ya. Daa
Wina     : byeee….

Layar berkedip sekali lalu sepi.
Tinggal Lexi sendirian di depan layar monitornya yang berbisik hampa. Gilang, rekan satu lab nya pun tidak muncul hari itu.

Lexi menarik scroll barnya ke atas. Terbaca sekali lagi tulisan Wina. Orang bilang itu selingkuh hati. Oh My God, what I am doing??


Sesungguhnya, Mungkin, Cuma Cinta Lokasi..


Kantin kampus, sepi. Mungkin karena sudah lewat jam makan siang. Lexi tidak sempat menyiapkan bekal makan siang tadi di rumah, karena sibuk dengan Bayu. Si kecilnya itu mulai bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya, gembira sekali menyiapkan bahan-bahan untuk prakarya siang ini. Lexi sibuk bersama Bayu sampai lupa membungkuskan bekalnya sendiri dan Trey.

Biasanya Lexi memilih membawa bekal, tapi ada daya harus ke kantinlah siang ini. Lexi mencari tempat yang tidak terlalu menyolok. Di dekat poster konser itu sepertinya..

..ada Trey duduk di sana.

Tidak lucu sekali kalo Lexi memilih tempat duduk yang lain sementara suaminya duduk sendirian di sana.
“Sudah lama, Trey?” tanyanya sambil duduk di depan Trey.
Trey mendongak. Teralihkan perhatiannya dari buku yang dibawanya. Makan siangnya masih utuh.
“Barusan,” katanya sambil tersenyum kecil.
Tampan. Seperti biasanya. Dan masih pendiam, irit kata. Walau sesungguhnya sangat penyayang.
“Kok telat juga makannya?” tanya Trey. Menyingkirkan sebagian bukunya dari meja supaya Lexi bisa meletakkan nampannya.
“Iya, tadi cari data agak ruwet jadi lama,” jawabnya.

Lexi berusaha menghindari tatapan mata Trey. Ada rasa tidak nyaman yang tiba-tiba muncul Hanya saja Lexi yakin, bahwa semuanya itu tidak bisa dihindari. Selesaikan. Dibicarakan.
Terdiam lama di depan Trey, membuat Trey tahu.
“Ada masalah kamu, Lex?” tanya Trey tiba-tiba.
Lexi terkejut. Sebisa mungkin tidak ditampakkannya.
“Maksudnya?” Lexi masih mencoba bersikap biasa.
“Come on, don’t lie to me. Your eyes tell me more,” kata Trey, santai.

Lexi mengaduk  Misou siru-nya pelan. Gamang. Lexi tahu suatu saat ia memang harus jujur.
Kemudian Lexi menatap Trey lama. Dipandanginya lelaki tampan itu sambil mengingat seluruh kenangan yang pernah mereka miliki. Betapa berartinya semua itu sampai akhirnya membawanya ke sini. Berdua dengan Trey. Bahkan bertiga dengan  Bayu, anak tercinta mereka. Lalu hanya karena sebuah rasa yang tidak nyata, Lexi akan membuang itu semua? Sungguh tidak mungkin.

Yang paling nyata adalah tanggung jawabnya setelah menyelesaikan kuliah di Jepang adalah kembali ke kampus dan membagikan ilmunya di sana, kembali ke rutinitas sebagai dosen dengan ilmu yang bertambah. Kembali ke dunia dan teman-teman lamanya yang kompleks dan simpang siur. Tidak sedamai di sini, tapi kasih sayang berlimpah ruah di sana. Rasa rindu pun muncul.

Lalu kehidupan nyata kedua, sekolah anak-anaknya. Anak keduanya yang ditinggal di tanah air pasti kembali dipelukannya. Dan Lexi harus kembali membimbing dan membantu mereka menyiapkan masa depannya. Tidak mungkin, oh no way, bila semua itu harus dibuang hanya karena impian semu itu.

Apa yang dicarinya sebenarnya. Lexi menyelami mata Trey yang menatapnya tajam, dalam, tapi tidak memaksa. Lexi sedang terjerumus dalam cinta yang tidak nyata. Hanya sebuah kejutan budaya yang membuatnya merasa lebih dicintai daripada sebelumnya. Tapi sebenar-benar hidupnya ada di depan matanya sekarang. Di dalam mata Trey yang menjanjikan keindahan. Meski kadang tidak seindah yang dibayangkannya dulu semasa SMA.

Yang jelas pasti lebih dari sekedar wajah asing tampan yang tidak pernah dikenalnya sebelumnya. Trey lebih dari semua itu. Pengertian, kasih sayang, perlindungan. Yang didapat tidak dalam sekejab mata. Trey luar biasa.

Ini mungkin cuma sebuah cinta lokasi. Kejutan wajah tampan yang penuh perhatian, tapi hanya keindahan semu yang tidak bisa dibawa pulang. Sebuah intermezzo untuk perjalanan hidup yang lebih panjang. Sebuah iklan di antara rangkaian tayangan yang berseri. Sebuah peringatan dari Yang Maha Kuasa akan arti sebuah cinta sesungguhnya.

“Well? I am waiting,” tanya Trey lagi. Sambil menyuap makan siangnya, lambat.

Lexi tersenyum. “Aku baru saja bangun,” katanya sambil menggenggam tangan Trey yang bebas.
“Bangun dari mana? Bukannya dari tadi kamu melek?”
Super duper man from stone. Wajah tampan hati batu otak pejal.

“Perumpaan, Trey. Aku kaya abis bangun dari mimpi sesaat,” kata Lexi sambil tersenyum.
Trey menarik tangannya dari genggaman Lexi. “Kesambet apa kamu nih,” katanya sambil meneruskan makan.
Oh, memang bukan waktu yang tepat. Beliau sedang sibuk makan siang, bukan waktunya romantis. Tapi dari dulu romantis bukan termasuk agenda Trey. Sehingga Lexi sudah biasa dengan sikapnya yang acuh.
Tapi Lexi bertekad mengatakannya sekarang. “Aku selingkuh. Pengen selingkuh. Jatuh cinta terus merasa seperti selingkuh. Gimana dong?”

Trey tetap meneruskan makannya. “Siapa yang mau sama kamu?”
Sialan banget. Benar-benar Trey yang dikenalnya.
“Ya gak ada, sih,” kata Lexi.
Trey tertawa tanpa suara. “Makanya. Aku bingung. Katanya mau selingkuh. Sudah apa belum sih? Maksudnya sudah nemu sparing partnernya apa belum? Kalau udah kasih tau aku ya…,” Trey membolak-balik bukunya lagi.
Lexi menghentikan tangan Trey. Setengah dongkol setengah geli, Lexi meneruskan. “Denger dulu,” kata Lexi. “Belum ada yang mau, untungnya. Tapi aku keburu sadar. Terus gak jadi. Gitu lo, Trey,” sambil melotot Lexi memperhatikan reaksi Trey.

“Sama siapa?” tanya Trey datar.
Lexi terdiam sejenak. “Sensei,”katanya pelan.

Trey meletakkan sumpitnya. Menatap Lexi tajam. Lalu tertawa terbahak-bahak.
“Ngimpi kamu, Lex.. Mana mau dia sama kamu. Udah, bangun bangun. Ayo belajar…,” Trey tertawa tak henti-henti. Hingga beberapa orang yang berseliweran di tempat  itu memperhatikan mereka berdua sekilas.
Lexi bersungut-sungut. “Kamu gitu banget sih, Trey. Kalo misalnya dia mau, gimana?”
Trey tertawa lagi. “Ayo kita taruhan. Yang kalah bayarin makan siang sebulan,” kata Trey masih tertawa.

Lexi melongo. Suaminya iseng banget. Sialan  banget, tapi Lexi sudah terlanjur membatalkan niat selingkuhnya.
“Hah?? Ogah!! Kagak!! Udah dikata juga aku sudah selesai. It’s over. Aku balik sama kamu, selesai!” kata Lexi sambil menyuap dengan kesal.

Trey malah tertawa semakin keras. “Gimana sih Lex… katanya mau mulai, kok gak jadi… Yah, batal makan gratis deh aku…”
“Kamu ini sama istrinya juga..”
“Hahahaha… udah deh, percaya sama aku. Terimalah aku saja, sudah syukur deh…”

Lexi cemberut. Tapi ia tahu Trey bercanda.
Dan ia tahu semua itu dilakukan Trey karena dia geli. Karena dia merasa bahwa tidak ada yang bisa memiliki Lexi selain dia.

Trey meneruskan makan siangnya sambil tersenyum-senyum simpul. Sesekali ia melirik Lexi. Yang dilirik menatapnya sekilas, lalu melengos.
Tak terasa selesai sudah. Nampan sudah bersih, waktunya kembali belajar dan bekerja. Trey melirik jam tangannya.
“Aku duluan, ya. Udah kesiangan nih, nanti dicari Senseiku. Kamu masih mau di sini?”
Lexi berdiri. “Nggak deh, ikut aja. Ngapain di sini sendiri..?”

Trey menunggu Lexi selesai berberes. Lalu mereka berdua berjalan bersama ke ujung kantin itu.
Tiba di ujung persimpangan lorong yang membawa mereka ke laboratorium masing-masing, tanpa diduga Trey meraih tangan Lexi perlahan.

“I trust you, you know that,” katanya pelan sambil menatap Lexi tajam.
Lexi tersenyum.
“Yes, I know. I just fall in love to you, once more,” katanya pelan juga.
Trey menggenggam tangan Lexi erat sekali. Hanya sekejab.
Lalu Trey meninggalkannya termenung di sudut lorong itu sendirian.
Ternyata, jatuh cinta lagi itu tidak mudah. Walau dengan orang yang sama…

cerita rakyat lutung kasarung

lutung kasarung

Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.

Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.

Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.

Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.

Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.

Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.

Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.

Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.

Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.

“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.

Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.

Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.

jatuh cinta dan patah hati

Ketika Jatuh Cinta dan Patah Hati

 












Dear Diary,
Kata Mitha aku seharusnya mudah mendapat pacar dengan paras cantikku dan pembawaanku yang unik menarik. Namun, kenyataannya aku belum pernah menjalin kisah cinta serius, kecuali kisah cinta monyet beberapa kali selama sekolah. Cinta semusim yang hanya bertahan beberapa waktu. Cepat hangat dan redup seketika tak berbekas.
Mitha seharusnya tidak berkata seperti itu tentang aku, karena kisah cintanya lebih payah daripada aku. Ia bahkan belum pernah sama sekali merajut cinta dengan arjuna manapun walaupun ia seperti peri. Namun, akhir-akhir ini aku cemas karena ada seorang pria yang sepertinya terobsesi dengan Mitha. Dan aku sadar, aku iri dengan Mitha. Meski ia berkata kalau hubungan mereka lebih cocok sebagai sahabat namun aku tahu si pria tersebut mengharapkan lebih. Dan ia memang tampan dengan wajah dan penampilan yang benar-benar ‘laki’. Coba kalau aku jadi Mitha, aku pasti menginginkan Deni.Hemmm kenyataannya ia tidak tertarik padaku hanya ke Mitha.
Lalu ketika hujan semuanya berbeda. Ketika pulang kantor aku ingin segera ke seberang menuju sebuah pusat perbelanjaan namun tiba-tiba gerimis mengguyur, semakin deras sehingga menghalangi niatku untuk menyeberang dan aku mencoba menunggu di halte. Hujannya tidak kunjung berhenti dan ini membuatku kesal karena lalai membawa payung mungilku.
Lalu ada seorang pria menyentuh lenganku perlahan. Ia berkata sopan jika aku boleh meminjam payungnya. Rupanya ia memperhatikan kegelisahanku. Aku sendiri keheranan karena aku tidak mengenalnya. “Lalu bagaimana caranya aku mengembalikan payungmu?” ujarku. “Besok pada jam yang sama aku sepertinya di sekitar sini,” jawabnya sambil mengulurkan payungnya yang kuterima dengan senang.Aku melambaikan tangan dan ia lalu masuk ke mobil yang baru datang dan dikendarai rekannya.
Keesokan harinya aku berjumpa lagi dengannya. Ia tertawa ketika melihatku. Saat itulah aku memperhatikan penolongku itu. Dia tampan dengan cara yang berbeda, mungkin bukan laki-laki yang bisa disebut tampan secara universal. Ia memiliki senyum simpul yang enak dilihat dan mata yang teduh. Adrian namanya.
Ia memberiku kartu nama yang hanya berisikan nama panggilan, alamat email dan pekerjaannya. “Desainer? Kamu desainer baju?” ujarku. Waduhh
jangan-jangan dia gay karena kebanyakan laki-laki ganteng dan desainer biasanya ketularan jadi homo. Dia tertawa tertahan, wajahnya makin tampan. Ia mengangguk. “Kalau itu sih bisa juga, namun jarang yang order. Desain apa saja, ilustrasi buku, desain produk, juga desain bangunan”. Aku merasa lega, kayaknya bukan jenis perancang baju yang homo, bukan diskreditkan kaum gay cuma sayang kalau cakep-cakep gini.. cuma..hummm kenapa aku berpikiran seperti itu. Kalau normal terus punya pacar kan sama aja.
Pembicaraan kami terputus karena ia harus segera ke bandara. Wah aku belum tahu dimana ia tinggal. Dan, kenapa sih pria ini tidak mencantumkan nama kantor dan alamatnya di kartu namanya. Huh sok misterius!
Anehnya, aku penasaran dengan pria ini. Dia tidak mengirimi email ataupun sms padahal aku juga memberinya kartu nama. Menahan gengsi, aku beranikan diri untuk mengiriminya email menanyakan tentang seputar pekerjaannya. Lama tidak terjawab, aku menemukan alamat web di kartu namanya. Ada beberapa contoh desainnya. Desain untuk beberapa produk sekilas sederhana namun terkesan elegan. Namun, untuk contoh ilustrasi buku, pakaian, dan interior rumah aku menemukan sebuah dongeng. Dia menghadirkan cerita dalam desainnya. Cerita yang berbeda, ada kisah dongeng yang indah, ada juga yang surealis dan cenderung menakutkan.
Kami hanya berkomunikasi melalui email dan pembicaraan kami singkat-singkat. Aku berhasil membuatnya lebih akrab dengan menanyakan ide-ide ilustrasinya, namun ia hanya menjawab dengan sebuah gambar yang menunjukkan itu rahasia. Huuh cowok jual mahal, dengusku kesal.
Kami berjumpa beberapa kali dan ia hanya menunjukkan sikap sebagai teman sehingga aku pun muak. Ada apa sih dengan diriku ini? Aku pun
menyerah. Laki-laki terlalu jual mahal mungkin memang bermasalah, hiburku.
Aku tidak lagi berkomunikasi dengannya hingga bertemu dengannya di sebuah taman bersama seorang wanita. Ia menyapaku dan  mengenalkanku dengan wanita itu yang ia sebut saudaranya. Aku tidak menemukan kemiripan di antara mereka dan anehnya hal ini membuatku marah. Aku bergegas pergi meninggalkan mereka dengan alasan-alasan yang kubuat.
Ini aneh, aku benci kondisi jiwaku seperti ini. Aku menangis tersedu-sedu. Aku larikan dengan minum banyak kopi dan donat, namun perasaan sedih ini tidak kunjung sembuh. Jika ingat Adrian, aku merasa perasaanku hampa. Aku ingin derita ini segera berakhir. Aku bertanya pada diriku, apakah aku patah hati? Benarkah???

cerita malin kundang

Malin Kundang

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan SEOrang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi SEOrang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan SEOrang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi SEOrang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi SEOrang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting SEOrang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
"Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya SEOrang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

seorang anak yang memperkosa ibu sendiri

ibu diperkosa anak kandung

Namaku Tini, usia 49 tahun, saat ini aku tinggal di kota Cirebon. Tetangga kiri kananku mengenalku dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah naik Haji. Suamiku sudah pensiun dari Departemen Luar Negeri. Kini ia aktif berkegiatan di masjid Al Baroq dekat rumah. Aku pun aktif sebagai ketua pengajian di komplek rumahku ini. Tetangga kami melihat keluargaku adalah keluarga harmonis. Namun mereka bertanya-tanya, mengapa anakku masih kecil, masih berusia satu tahun, padahal aku sudah berusia hampir 50 tahun. Aku bilang saja, yah, maklum, rejeki datang lagi pas usia saya senja begini, mau diapakan lagi, tidak boleh kita tolak, harus kita syukuri. Sebenarnya aku punya anak lagi, anakku yang sulung, laki-laki, dan saat ini mungkin ia sudah berusia 26 tahun. Namanya Roni. Sebelum kelahiran anakku yang masih bayi ini, Roni adalah anak tunggal. Sampai akhirnya aku usir dia dari rumah ini dua tahun yang lalu. Dan sampai detik ini, suamiku, Beny, atau orang akrab memanggil dia Pak Haji Beny atau Pak Ustad, ia belum tahu alasan mengapa Roni meninggalkan rumah sejak dua tahun yang lalu itu, jika suamiku bertanya padaku, aku terpaksa berbohong, bilang tidak tahu dan pura-pura kebingungan. Walaupun aku tahu, karena akulah yang mengusir Roni dari rumah tanpa sepengetahuan suamiku. Cerita sedih ini berawal ketika Roni yang selama 15 tahun kami tinggalkan hidup dengan Neneknya di Cirebon, akhirnya kumpul bersama dengan kami layaknya keluarga. Bisa aku tinggalkan selama 15 tahun karena aku dan suami harus tinggal di Belanda. Saat aku dan suami ke Belanda, Roni baru berusia delepan tahun, ibuku (nenek Roni) tidak ingin jauh dari Roni, beliau mungkin takut Roni akan terbawa arus kehidupan eropa dan lupa adat indonesia. Jadilah Roni tinggal di Cirebon bersama ibuku, lalu aku dan suami tinggal di Eropa. Lima belas tahun kemudian, aku dan suami pulang ke tanah air, sebelum pulang aku dan suami menyempatkan diri untuk naik haji. Setelah pulang menunaikan haji, aku dan suami pulang ke tanah air dan pergi ke Cirebon. Tak kusangka anakku sudah besar, ya Roni telah berusia 23 tahun. Kami lihat ia tumbuh menjadi anak yang sangat soleh, santun dan lemah lembut. Aku sangat berterima kasih dengan ibu waktu itu, telah membuat Roni tetap menjadi anak yang baik dan rajin beribadah. Beberapa bulan setelah kami berkumpul bersama, ibuku (nenek Roni) meninggal. Kami sedih sekali waktu itu.Setelah itu kami hidup sekeluarga bertiga. Kehidupan keluarga kami sangat sakinah mawadah dan rohmah. Aku bangga sekali punya anak Roni. Ia rajin ke mesjid dan mengaji. Hal itu membuat aku dan suami selalu merasa bahagia. Seakan-akan kami awet muda rasanya. Kebahagiaan ini juga mempengaruhi kemesraan aku dan suami sebagai suami istri. Walaupun kami sudah tua, tapi kami masih rutin melakukan hubungan pasutri meski hanya satu minggu sekali. Sampai suatu hari, suamiku mendapat tugas dari untuk dinas selama tiga bulan di Qatar. Suamiku mengajak kami berdua (aku dan Roni anakku) namun Roni yang sudah kerasan tinggal di Cirebon menolak ikut, akupun karena tidak mau lagi jauh dengan anakku menolak ikut. Akhirnya hanya suamiku sendiri saja yang pergi. Hari-hari tanpa suamiku, hanya aku dan anakku tinggal di rumah kami. Aku sibuk sebagai ketua pengajian ibu-ibu dan memberikan ceramah kecil-kecilan setiap ada arisan di komplek rumahku ini. Roni aktif sebagai remaja masjid di masji Baroq dekat rumah. Terkadang karena aku sudah berusia hampir 50, aku mudah merasa capek setelah berkegiatan. Suatu siang aku merasa sangat capek, sehabis pulang memberikan ceramah ibu-ibu di masjid. Aku pun langsung tertidur. Saat aku tengah-tengah enaknya merasa nyaman dengan kasurku, aku seperti merasa ada sesuatu yang membuat paha, pinggang dan daerah dadaku geli dan gatal. Setengah sadar dan tidak sadar, aku lihat Roni sedang berada di dekatku. Sambil setengah ngantuk aku berkata, “Kenapa Ron? Mama capek nih…” “Ga, ma, Roni tahu, makanya Roni pijetin, udah mama tidur aja”, balas Roni. Aku senang mendengarnya, senang pula punya anak yang tumbuh dewasa dan baik seperti Roni. Oh terima kasih Tuhan. Lama kelamaan, aku mengalami hari yang sangat aneh, terutama setiap malam saat aku tidur. Aku merasa, ada sesuatu yang menggelitik daerah sensitifku, terutama daerah selangkanganku. Enak sekali rasanya, oh apakah ini setengah mimpi yang timbul akibat hasratku sebagai seorang istri yang butuh kehangatan suami. Ya, aku yakin karena aku ditinggal suami saat aku lagi merasa kembali muda dan penuh gairah, makanya aku sering sekali mimpi basah setiap malam. Mimpi yang rasanya sadar tidak sadar, kenikmatannya seperti nyata. Ya, aku menjadi senang tidur malam, karena ingin cepat-cepat mimpi basah lagi. Aku menduga ini adalah rejeki dari Tuhan, agar gairahku sebagai istri tetap terjaga, dan kebutuhan biologisku tetap tersalurkan walaupun hanya diberi mimpi basah sama Tuhan. Oh… nikmat sekali. Aku membayangkan suamiku, Beny, yang berhubungan denganku, oh nikmat sekali. Dan karena seringnya dikasih mimpi basah oleh Tuhan, setiap pagi aku bangun aku merasa kemaluanku selalu basah kuyup sampai celana dalamku basah total. Yah, jadinya aku punya kebiasaan baru selalu mandi wajib setiap pagi. Yang aku takuntukan hanya satu, takut saat aku mimpi basah, aku mengigau dan takut suara mendesahku terdengar anakku Roni. Tapi saat aku liat dari gelagatnya sehari-hari, nampaknya ia tidak tahu. Sampai tiga bulan lamanya, hampir tiap malam aku selalu mimpi basah, aku jadi heran. Apa penyebabnya dari nutrisi yang kumakan atau kuminum sehari-hari ya? Hmm, mungkin saja. Soalnya aku punya kebiasaan minum teh hijau sebelum tidu. Kata dokterku itu baik untuk orang setua aku, apalagi biar selalu sehat menjelang usia setengah abad. Akhirnya aku coba meminum teh hijau, saat pagi hari, malamnya kucoba tidak minum. Malam harinya, saat aku tidur, ditengah asyiknya tidurku, dan gelapnya lampu kamarku. Aku merasa perasaan mimpi basah mulai datang kembali, yah, mmh, rasanya ada yang menggelitik kemaluanku, sesuatu yang lembut, oh, bergerak-gerak. Selangkanganku pun ikut tergelitik hingga aku merasa ada sesuatu yang membuat basah kemaluan dan selangkanganku. Lalu berbarengan dengan rasa sensasi pada daerah kemaluanku, sesuatu yang lebut bergerak-gerak menyentuh buah dadaku, bergantian, pertama yang kiri lalu yang kanan, kemudian.. Aw!.. Ada rasa hisapan yang lembut hangat namun kuat pada puting buah dadaku yang sebelah kanan. Oh enak sekali, terima kasih Tuhan, jantungku mulai berdegup kencang, ini rasanya seperi nyata, yah! Tiba-tiba aku merasa tertindih oleh seuatu, hisapan kenikmatan juga tidak berhenti. Lalu ada sesuatu yang menusuk masuk ke liang kemaluanku saat itu aku setengah sadar terbangun, dan aneh, rasa ini masih kurasakan, setengah sadar aku jelas sekali ternyata memang ada sesuatu yang menindihku, sekilas aku masih membayangkan ini suamiku, berikut terdengar dari sesuatu itu suara perlahan yang serak, “ooohgh… Oogghh…” Siapa ini?! Astaghfirullah!! Saat aku tersadar penuh dan mataku terbelalak. Dalam keremangan gelapnya kamar aku sadar bahwa seseorang telah menindihku dan menyetubuhiku!! Lebih kaget lagi saat aku mendengar suara seseorang yang menindihku itu berkata, “Maaah… Ayo ma… oughhgh… Uhhh… mamahhh…” Langsung kudorong dia kuat-kuat! “Roni!! Kurang ajar!!! ASTAGHFIRULLAAH!!” Roni langsung berlari keluar kamar, aku pun langsung mengejar sambil menangis penuh amarah. “Roni!!”, bentakku. “Maafin Roni Ma! Roni ga tahan!”, Roni pun menangis takut. Aku tak kuasa bingung menghadapi perasaan ini, antara kalut, marah, benci, jijik, sedih dan takut. Hingga terucap kata-kata yang langsung keluar dari muluntuku, “Keluar dari rumah ini!!! Kamu bukan anak mama!!! Setan kamu! Binatang kamu ya!” Roni keluar rumah berlari. Aku duduk lemas menangis. Jadi, selama tiga bulan ini, baru aku sadari, mimpi basah itu bukan hanya sekedar mimpi. Semua mimpi itu nyata. Anakku!? Anakku sendiri yang melakukan ini padaku?!! Selama dua, tiga minggu aku tidak keluar rumah, bahkan semenjak kejadian itu aku jatuh sakit. Sampai saat itu aku masih tidak habis pikir dan belum lupa kejadian itu, dalam benakku terbesit, ya Tuhan, selama ini anakku telah menodai aku, aku ibunya, selama ini anakku yang selalu rajin beribadah ternyata adalah setan yang mengumbar nafsunya pada tubuhku yang mulai renta ini… Dosa apa hamba, ya Tuhan!? Saat aku menerima sepucuk surat yang dikirim oleh Roni, tanpa alamat jelas, ia berkata meminta maaf pada ku, ia mengakui bahwa ia sudah mulai tertarik secara seksual denganku sejak aku bertemu lagi dengannya, ia bilang aku cantik dan menarik, ia mengaku telah memberi obat tidur pada teh hijau yang selalu aku minum tiap malam agar aku teler dan tidak sadar saat ia memperkosaku… Pantas saja! Pantas ia selalu bermuka manis menyiapkan teh hijau tanpa kuminta terlebih dahulu. Ternyata selama ini anakku adalah Iblis laknat yang merusak semuanya. Roni pun berkata pada akhir suratnya, bahwa ia tidak lagi akan pulang ke rumah, ia malu dan merasa bersalah. Membaca surat itu, aku merasa benci sekali! Ya, “Kamu bukan anakku!”, Kurobek dan kubakar surat itu. Sebulan kemudian, tepat saat dua minggu sebelum suamiku pulang, aku merasa pusing dan mual. Ya Tuhan, masa sih aku hamil!? Tidak! Ini tidak mungkin!! Aku pun memastikan dengan membeli dan menggunakan tes kehamilan, berdebar-debar aku melihat hasilnya. ASTAGHFIRULLAH! Aku positif hamil! Tidak! Aku menggandung anak dari anakku sendiri! Aku pun lemas dan sempat sedikit pingsan. Aku menangis tiada henti-hentinya. Apa yang harus kukatakan pada suamiku nanti? Apa yang akan tetangga bilang jika tahu aku ini seorang bu Haji yang hamil hasil hubunganku dengan anak kandungku sendiri? Apa yang akan terjadi! Apa lebih baik aku mati saja!! Tidak aku tidak mau mati! Itu dosa! Lalu, saat suamiku pulang, aku tutupi semuanya yang telah terjadi selama tiga bulan ini. Aku pura-pura menangis karena Roni belum pulang-pulang sudah dua minggu. Lalu aku dan suami sempat lapor ke polisi. Di tengah-tengah itu, aku juga pura-pura merasa kangen dengan kedatangan suamiku dan mengajaknya melakukan hubungan suami istri sesering dari biasanya. Suamiku heran, namun ia maklum, ya yang pikirnya, biasanya aku dan dia berhubungan seminggu sekali, ini tidak melakukannya dalam tiga bulan lamanya. Sudah pasti wajar jika aku selalu minta berhubungan terus. Dua minggu setelahnya, aku mengaku hamil. Suamiku kaget, loh, khan menggunakan kondom? Kok bisa. Aku bilang saja, mungkin saja jebol. Khan wajar karena kondom tidak akurat 100%. Suamiku pun mengangguk setuju. Cuma ia hanya khawatir apakah aku tidak apa-apa umur segini hamil lagi. Akupun meyakinkan dia tidak apa-apa, walaupun hatiku meringis dan menangis karena mengingat bayi ini hasil hubunganku dengan anakku. Tidak! Anakku yang memperkosa aku!!! “Ma”, sapaan suamiku menyadarkan aku dari lamunanku tentang masa lalu. Aku lihat suamiku sudah siap berangkat ke masjid. “Ma, aku pergi ke masjid dulu ya, mama biar jaga si kecil yah”, pamitnya. “Iya pa”, jawabku. Ya, si kecil ini telah lahir ke dunia. Saat ini ia berada di pangkuanku. Kuperhatikan wajahnya. Mirip sekali dengan Roni, anakku… Oh bukan… Ayah dari anakku.

luka yang terakhir

CUKUP LUKA ITU YANG TERAKHIR
Kadang , kita selalu mempercayakan diri sepenuh nya kepada sahabat , karena sahabat itu , adalah tempat dimana kita mengalami susah , kita berlindung kepada sahabat di pelukan ia kita merasa nyaman namun , sakit sekali jika sahabat yang kita percaya sudah lama , mengkhianati kita apa lagi masalah nya tentang cowok ? oh no , seperti bunga mawar merah merona,kokoh tubuhnya ,indah di pandang . tetapi kita belum lihat , dibawah nya .duri yang siap menanti untuk kita .
“ chaa sedang apa kamu , ko sendirian sih ? “
“galau dah , aku gatau harus gimana lagi “
“jangan nangis sayaang , keep smile , cerita dong ,kenapa ? masalah nya apa karena cowok ? “
“ iya , dah , aku baru putus dari dia , dia lebih memilih yang lain di banding aku , aku gamau sakit hati karena cinta ! “ seru icha nangis membentak .
“ udah , udah jangan nangis sahabat kecil ku , jika kamu sudah terjebak yang namanya cinta , kamu harus jalanin itu , walau emang akhirnya pahit dirasakan . “
“ yah dah , kayanya aku ambil pilih jalan yang salah . “
“kenapa , ? bukan kamu yang memilih jalan yang salah , tetapi cowok itu yang harus nya intropeksi diri sendiri , dia di butakan dengan kabut , bodoh nya dia pergi dari kamu, masih banyak yang lain cha move on deh ! “
“ yah , indah bantu aku oke sahabat ku yang paling baik paling cantik , “
Icha , ya dia sahabat ku dari kecil , dia manja ,lugu , cantik Cuma ,iya selalu dipermainkan sama yang namanya laki –laki , dia terlalu polos untuk mengenal cinta . namun icha itu susah yang namanya melupakan seseorang , padahal banyak sekali yang suka sama dia . tetapi aku selalu ada ko untuk dia , karena bagiku dia sahabat yang paling berharga .
 Keesokannya di sekolah..
“icha gimana udah mendingan ? “
“udah dah , sekarang aku udah mendingan , karena kenapa sahabat kecilku andre . dia pindah di deket rumah ku hore :D “
“ wah asik dong ,berarti aku dilupain nih -_- “
“ yah enggak lah teman ku , yg paling cantik , aku bakal setia ko sama kamu sayaang “
“ idihh geli deh , icha maho ya ? wkwkwk “
“ ih bukan maho tapi lesbi , ih “”
“ astagah jeruk makan jeruk dong , kabuuuuurrrr “
“ bercandaaa indaaaaaah :P dasar nyebelin :P “

Saat pulang sekolah aku , mampir ke toko buku gramedia , seperti biasa aku beli novel , yang pastinya edisi terbaru hhi … pas aku lagi asik baca novel , tiba-tiba ada yang menabrak ku ,novel yang ku baca jatuh deh ..
“ heh liat –liat dong kalo jalan ! punya mata gak sih ! lo kira ini jalan punya nenek moyang lo ! “ pas aku lihat kedepan mata ku , OMG cowo itu cool ganteng banget . aku senyum tersipu malu , “ maaf mba sekali lagi maaf ,soalnya saya pusing bawa buku sebanyak ini , maaf”
“ hehe iyah gpp ko , maaf juga udah ngomong kasar “ sambil muka memerah .
“ iya gpp , salah aku juga , oh iya kita belum kenalan , namanya siapa “
“ aku indah , kalo kamu ? “
“ andre , salam kenal yah dah , aku deluan ya soalnya buru –buru “
“ iyah salam kenal juga andre J“ OMG itu cowo ganteng banget cool , pasti orang nya baik deh , kaya nya aku mulai jatuh cinta nih , curhat ah ke icha , pasi icha penasaran nih , aku udah jatuh cinta sama seseorang hhaaaa…… aku pulang dari gramed, langsung OTW kerumah ,ternyata icha udah ada dikamar ku ,. Dia senyum-senyum sendiri , entah kenapa , aku mikirnya jangan –jangan anak ini mulai sengklek kali ya ?
“ cha , kenapa senyum –senyum sndiri ? galau nya udah ilang ya ? hhaaaa “
“haha iyah nih aku lagi jatuh cintaaaaaaaaaaaaaaa”
“ waaah secepat itu kah ? emang kamu aja yang lagi jatuh cinta , aku jugaaaa :D “
“ sama siapa dah , cerita dongg , jarang –jarang nih indah suka sama seseorang “
“ apaaa lu kira gw jeruk makan jeruk apa ? gw masih normal kali cha , “
“ iyaaa ,iya siapa namanya dah ? orang nya kaya apa , jangan –jangan kaya sule ya ?”
“ ih ichaaaaa ngeledek mulu :P , ganteng banget putih , cool , dan baik bgt , tadi aku ketemu di gramedia , dia kaya yang keburu –buru , terus nabrak aku deh , aku marahin dia , pas lihat mukanyaaaaa aduhhh ganteng nya , kaya steve williaaam hhi jatuh cinta itu , bias buat kita nge fly yaa “
“ waaa aku ngiri , tapi andre juga jauh lebih ganteng , dah , hahaha “
“ eh , dia juga namanya andre loh :D “
“ WAH Samaan dong ….berarti kalo kita jadian sama cowo yang kita taksir , kayanya unik ya , namanya samaa hhi , oiaaaa dah , andre baru masuk sekolah , yang tepatnya aku satu sekolahan sama dia , asik .. semoga aja aku jadian sama dia :D “ dari perbincangan kita tadi , ko aku mulai gelisah ya , aku takut andre yang aku omongin sama icha , itu adalah andre sahabat icha kecil , sedangkan aku udah benar –benar jatuh cinta ,aku Cuma berharap kalo andre yang diceritakan icha , bukanlah orang yang aku taksir .

Keesokan harinya di sekolah …
“ anak-anak , ibu ada pengumuman bahwa di kelas kita ada siswa baru , kenalkan siapa nama kamu , asal dari mana “
“ namanya saya andre indra dermawan , biasa di panggil andre,saya asal dari SMA bina bakti ,dari Jakarta “ whaaat itu kan andre , yang pernah ketemu di gramed , hoaaalaaa .. semoga dia bukan sahabat kecil nya icha , aku udah jatuh cinta banget sama dia " “
“ andre , kamu duduk sama indah ya “
“eh kamu lagi mba , ketemu lagi , hehe iya , kenapa kamu ga cerita sih kamu sekolah disini ? “
“ gimana mau cerita kita , kan baru kenal “

Istirahat tlah tiba .. andre ngajak aku ke kantin .ketika sedang ngobrol –ngobrol saking asik nya , icha dateeng tiba-tiba .
“andreeee , icha kalian udah kenal ya , ? ko bisaa ? “
“ kita sekelas cha , “ aduh mampus , bener kan andre ini sahabat kecil icha .
“iya cha , sini cha , kita makan bareng , aku teraktir . “
“ iyaa makasih andre , dre , kamu masih inget kan masa kecil kita yang dulu nya polos banget , tapi indah juga “
“ iyah aku inget , kamu makan eskrim langsung bersin deh , kena muka ku “
“ hahaha iyah , maaf ya tapi lucu banget ceritanya hhi “

Aku di diemin deh , mereka ke asikan ngobrol , ko aku jadi cemburu yah .kesel deh liat mereka .
“icha , andre , aku deluan ke kelas ya , aku lupa gak ngerjain pr ,”
“ dah , mau aku anterin ? “
“ gausah andre “

Se sampenya di kelas , aku nyoret “ buku ku itu , sepertinya aku gak pantes , buat dapetin andre , aku gaenak sama icha .

Pulang sekolah andre ngajak pulang bareng , aku kaget , seneng juga bisa di ajak sama dia ,
“ dah , pulang bareng , yu anterin aku ke gramed , bisa ga ? entar aku teraktir mie ayam deh .”
“ boleh –boleh dre . “

Aku dibonceng sama andre OMG , andre ganteng banget , bikin aku ngefly , cewe-cewe di sekolah pada iri , liat aku sama andre , hhi serasa putri yang mendapatkan pangeran dari surgaaa .. , aku melihat icha , dia kayanya kesel dengan ku , aku ngerasa salah juga sama icha , tapi gimana aku udah cinta mentok , sama andre . sesampe di gramed , ternyata dia beli novel yang judul nya some body help me ? itu adalah novel horror , kesukaan ku , ko dia bisa beli ya ?
“ eh andre , ko kamu beli novel ini ? kamu suka baca novel ?
“ iya dah , aku suka apa lagi yang horror “ gtu ,”
“ aku udah tau cerita novel itu , rame bgt deh , coba baca deh “
“ wah , serem ga ndah ? “
“ lumayan , akhirnya , tapi bahagia , pokonya ceritanya itu gadis yang mau di korbanin , buat setan kaya gtu lah “
“ wah kayanya rame , aku beli deh , kayanya kamu suka bgt sama novel ? “
“ suka banget dong dre , “ habis dari gramedia , aku makan mie ayam sama andre .. rasanya enak bgt , tapi ko aneh yah ada tempat mie ayam se romantic gini .
“ dre tempatnya gasalah ?
“ ga kok dah , ga salah kenapa , kamu gasuka ? “
“ suka ko tempat nya unik “

Ketika kita makan mie ayam , aku keselek , eh andre , ngasih air putih
“ makasih , dre maaf udah ngerepotin "
“ gak ko ndah gpp , makan nya hati –hati yah , ndaaah …. Aku mau ngomong sesuatu ..”
“ apa dre ? “ waduh hatiku dag dig dug , jangan –jangan andre , mau ngomong , ..
“ ini di bibir kamu ada noda , “
“ aduh , aku kiraa ngomong apa , kamu ,sampe serius gtu haha , iya makasih dre “
“ emang kamu kira aku mau ngomong apa dah ? “
“ engga lupain hehehe “
“dasar kamu indaaah , “
“ aku kira aku mau ngomong , kamu …”

“END”

Minggu, 04 November 2012

ibu tiri



Makan Daging Anak Sendiri

Awal mula disebuah desa Demak (bokap gw asli Demak, pas nikah sama nyokap gw baru dia tinggal di Semarang), hidup keluarga yang sederhana memiliki seorang anak yang namanya A, mereka hidup dalam kesederhanaan. Ayah si A kerjanya di kota Semarang (di kota ya, bukan didesa) dan ibu tiri A di rumah ngurus si A. Ibu tiri si A sangat jahat, sering kali si A dijahatin. Semua tetangganya juga pada gak suka kedatangan ibu tiri si A. Suatu hari (hari Selasa) si A bikin ulah dan membuat ibu tirinya marah sangat besar. Dengan sangat kesal si A dibunuh sama ibu tirinya.

Ayah si A mau pulang hari Rabu sore karena pekerjaannya udah selesai, dia kerja sebagai kuli bangunan. Biasanya seminggu sekali dia pulang tapi kali ini ayah si A telat pulang karena ngejar waktu, yang harusnya hari Selasa, tapi sekarang hari Rabu sore baru bisa sampai di rumah.

Waktu sampai rumah ayah si A nanya
Ayah : Si A kemana bu?
Ibu : Keluar main sama teman-temannya. Mari makan yah.
Ayah : Tolong dipanggil bu, kita ajak makan bareng. Ayah kangen mau bertemu.
Ibu : Nanti juga pulang yah. Ayah baru sampai, makan aja dulu.
Ya dah mereka makan. Makanan hari ini begitu mantap, menu daging rendang dan sop daging.

Udah larut malam, tapi si A belum pulang. Ditanya lagi sama ayah si A.
Ayah : Si A kemana bu, kok belum pulang?
Ibu : Di rumah temannya mungkin.
Ayah : Tapi udah malam bu.
Ibu : Ayah jarang di rumah, jadi gak tau sehari-harinya anak ayah.
Ayah : Selama ini dia seperti ini kalau saya kerja?
Ibu : Iya yah, saya capek ngurus dia gak bisa diatur, ya udah saya diemin, yang penting saya ngurus dan ngasih makan.
Ayah : Biarin nanti kalau pulang saya marahin.

Tapi batin ayah si A itu gelisah sepanjang malam itu, entah apa yang dia pikirkan. Saat terdiam terdengar rintihan anak kecil yang menangis, tapi anehnya ayah si A tidak mendengar suara itu. Malam berganti pagi dan si A belum pulang, tetangga bertanya kepada ayah si A.
Tetangga : Semalam A nangis ya mas?
Ayah : Enggak budeh, saya belum bertemu dengan si A!
Tetangga: Aku kira si A nangis mas. Saya ke pasar dulu.

Ayah si A nanya sama ibu tiri si A.
Ayah : Bu, si A kemana dari pagi ayah belum lihat?
Ibu : Sekolah yah, ayah tidur jadi gak pamit sama ayah.
Ayah : Ya sudah, kalau pulang kasih tau ayah ya bu.
Ibu : Iya yah.

Ketika menjelang siang, si A belum pulang juga. Mereka makan dengan menu yang sama seperti kemarin. Ayah si A nanya.
Ayah : Kita makan daging lagi bu?
Ibu : Iya yah, ini daging yang kemaren belum dimasak.
Ayah : Enak ya bu

Ayah si A tidak bertanya ini daging apa, Ternyata daging yang dimakan itu bukan daging kambing ataupun daging sapi, melainkan daging anaknya sendiri yang dibunuh sama ibu tirinya dan dijadikan makanan. Semua daging dijadikan berbagai menu hidangan dan dibagikan ke tetangga. Ada yang dijadikan sayur sop, daging rendang, kepala si A dimasukkan ke gilingan (tempat jemur padi yang terbuat dari bambu tipis yang bisa digulung) sawah yang ada dibelakang rumah.

Malamnya terdengar tangisan si A yang keluar dari kamar. Ayah si A ke kamar si A, tapi gak ada si A. Lagi, terdengar suara si A nangis merintih kesakitan. Ayah si A nyari gak ketemu ada dimana dan berasal dari mana. Tapi ketika dia masuk kamar tiba-tiba si A ada di kamar dan berkata sama ayahnya, "A sayang ayah", dan ayah si A penasaran si A pergi kemana.

Pagi hari terbit lagi, ayah si A nanya sama tetangga dan teman-teman mainnya, tapi semua bilang udah dua hari tetangganya gak liat dan bermain sama si A. Dengan rasa kesal ayah si A pulang ke rumah dengan wajah penuh amarah. Ayah si A nyari ibu tiri si A, ke dapur, kemana-mana. Ayah si A ke belakang rumah, dan banting-banting yang ada. Saat dia banting gilingan, kepala A terlempar keluar, disitulah ayah si A melihat sosok anak yang disayang.

Dia menangis histeris dengan penuh sedih dan kesal. Kemudian ayah si A nyari ibu tiri si A, dan dia sadar bahwa daging yang selama ini dia makan itu daging anaknya sendiri, dan yang semalam itu arwah si A. Dengan sangat menyesal dengan semua ini, ayah si A nyari ibu si A dan ketika bertemu dengan ibu tiri si A langsung ayah si A mukulin istrinya dengan penuh kesal dan sangat marah sekali. Karena gak terima anaknya dibunuh, ayah si A bunuh ibu tiri si A, dan ayah si A berfikir dia gak pantas hidup karena kepergian si A.

Ayah si A teman bokap tiri gw, dia kerja jadi kuli bangunan di Semarang, dan gw gak mau ibu tiri gw nyakitin bahkan bunuh gw, makanya gw sekarang tinggal sama orang tua angkat gw.

Selasa, 16 Oktober 2012

Cerita cinta segitiga

Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.Kira-kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis  dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba-tiba seorang pria tampan memakai kendaraan sepeda motor mengikuti sepanjang jalannya dengan pelan-pelan, sementara berpasang-pasang mata tampak mengarahkan pandangannya kearah  gadis manis itu.
Tiara, itulah nama gadis berwajah manis dan lugu itu. Entah kenapa dia seakan-akan menjadi pusat perhatian para pria. Tiara bermaksud untuk pergi kerumah temannya, tiba-tiba seorang pria itu menghentikan langkah Tiara.
“Haii...!” Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Sesaat keduanya terdiam, hanya mata mereka saja yang saling pandang. Namun itupun tidak berlangsung lama, karena Tiara perlahan-lahan menundukkan kepalanya. Seakan tidak ingin berlama-lama saling beradu pandang dengan pria itu.
“Kamu...Kamu tinggal disini ?” Tanya pria itu.
“Iya...Memangnya kenapa ?” Jawab Tiara.
“Tidak..Bolehkah aku mengetahui namamu ?” Tanya pria itu.
“Boleh,” Jawab Tiara. “ Namaku Tiara.”
“Dan namaku Putra.” Dengan cepat pemuda itu memperkenalkan namanya. Setelah mereka berkenalan Putra bergegas untuk pulang, dia tersenyum-senyum karena dia tidak menduga akan bertemu dengan Tiara. Hatinya sangat girang dan gembira.

Dua minggu kemudian secara tidak sengaja kakak nya Tiara ngekos di daerah tempat tinggalnya Putra. Tak disangka dan tak diduga Tiara dan Putrapun dipertemukan kembali.
“Putra: Haii Tiara....!!! sedang apa diri mu disini ??? Tanya Putra.
“Tiara: Haii juga Putra!!enggak,lagi nganter kakak pindahan kesini.” Jawab Tiara.
“Putra: Wahh Putra bisa ketemu terus dong sama Tiara!!” Tanya Putra.
“Tiara: Emmmmzz... Ya gitu deh.” Jawab Tiara

Tiara dan Ibunya sedang duduk diruangan tamu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Kakaknya  pun bergegas menuju keruang tamu untuk membukakan pintu.
“Siapa?” Tanya kakaknya Tiara setelah membukakan pintu.
“Saya Putra ka temannya Tiara..” Jawab Putra.
“Oh... silahkan masuk.” Kakaknya Tiara mempersilahkan Putra masuk kedalam ruangan tamu untuk bertemu dengan Tiara.
“ Selamat malam bu, saya Putra temannya Tiara. Saya ingin bertemu dengan Tiara.”
“ Ya,silahkan duduk.” Jawab Ibunya Tiara. Ibunya Tiara pun bergegas untuk pergi kebelakang,karena tidak ingin mengganggu anak gadisnya itu yang baru saja pertama kalinya dekat dengan seorang pria.
“Putra : Hai Tiara?”
“Tiara “ Hai juga Putra?”

Mereka berdua pun berbincang-bincang hingga malam. Putra pun pulang dari rumah Tiara. Tiara menceritakan awal pertemuannya dengan Putra kepada Ibunya dan Tiara sudah mulai menyukai Putra.
Dua bulan berlalu setelah perkenalan Tiara dan Putra. Putra mengatakan cintanya pada Tiara bahwa Putra menyayangi dan mencintainya sejak pertama bertemu.Tiara pun menerima Putra sebagai Kekasihnya. Akhirnya mereka pun jadian !!!

Lima bulan berlalu Tiara dan Putra melewati hari-harinya bersama penuh dengan warna. Putra adalah pria yang sangat-sangat menyayangi Tiara, menjaga Tiara, dan pria yang penuh keromantisan. Tetapi  semuanya berubah, Putra sudah mulai menghianati cintanya Tiara dengan yang lain, Ia berselingkuh dengan teman dekatnya Tiara.Hubungan mereka pun kini mulai tak seindah dulu lagi,hingga akhirnya mereka berpisah.

Tiga minggu berlalu setelah Tiara berpisah dengan Putra,Tiara sudah memasuki SMP kelas 3. Saat Tiara berdiam diri dipekarangan sekolah sepasang matanya menatap kearah pohon, dimana tampak terdapat goresan yang menghiasi pohon itu. Goresan-goresan yang dibuat dengan cara menyayat kulit batang pohon itu, dan tiba-tiba ada pria yang menghampiri Tiara.
“Pohon yang malang dan patut dikasihani,” desah Tiara sambil menghela napas panjang.
“Kenapa kamu mengatakan pohon ini patut untuk dikasihani?” Tanya pria itu.
“Mereka terlalu sadis mengukir dipohon ini.”
“Tidak, jika menurut pendapatku !!” Jawab Pria itu.
“Tentu, karena kamu tidak mengetahui penderitaan pohon ini.”
“Ada kalanya, penderitaan itu sangat berharga.” Pria itu menepuk-nepuk pohon itu. “Ini hanya pohon biasa, namun ukiran huruf-huruf itu akan kekal abadi selama-lamanya.” Pria itu menoleh kearah Tiara seraya kembali berkata,  “Bukankah suatu kenangan sangat sulit untuk dilupakan?” Pria itu tersenyum.

Tiara tersenyum dengan wajah muram. “Kamu tidak mengetahui apa yang aku rasakan saat ini, kamu juga tidak mengetahui sakit dan pahitnya rasa ini.” Tutur Tiara. “Aku memang tidak mengetahuinya tetapi aku dapat merasakan rasa sakit yang kamu alami sekarang ini.” Tutur Pria itu.

Tiara merasa tingkah laku dan sifat pria ini berbeda dengan pemuda yang lain, gerak geriknya halus dan sopan.
“Namamu siapa dan kelas 9 apa?” tanya Tiara.
“Namaku Ridwan,, aku kelas 9E .”
“ oohh,,darimana kamu mengetahui namaku?” tanya Tiara.
“ Siapa siihh yang enggak kenal kamu, banyak orang yang mengagumimu Tiara. Tetapi sayang sinar dan keceriaan diwajahmu kini sudah tiada, kamu telalu terpuruk oleh masa lalu kamu bangkit Tiara !!” tutur Ridwan.
“Terimakasih Ridwan.” Jawab Tiara. Tiara dan Ridwan pun pergi dari pekarangan sekolah itu. Dari perkenalan itu Tiara dan Ridwan pun menjadi seorang teman, mereka akrab dan kegembiraan pada raut wajah Tiara sudah mulai kembali. Tiara menjadi gadis yang ceria lagi seolah-olah dia sudah melupakan sakit yang ia rasakan selama ini. “ Terimakasih ya Ridwan.” Tutur Tiara.
“ Terimakasih buat apa?” Tanya Ridwan.
“ Ya, karena kamu sudah mau menjadi teman aku dan kamu juga sudah dapat mengembalikan lagi senyum aku. Tanpa kamu mungkin aku tidak akan menemukan kegembiraan lagi.” Tutur Tiara.
“ ohh..Sama-sama Tiara. Aku senang berteman dengan kamu. Bukankah kamu telah menemukan kegembiraanmu? Kamu akan berteman dengan yang lainnya, maka kegembiraan hatimu juga akan bertambah.” Tutur Ridwan.

Tiara mendengar terus apa yang sedang dikatakan Ridwan, hatinya terus terhibur dan tenang. Tiara sadar bahwa didunia ini tiada jalan buntu jika ingin bertekad bulat berjalan terus dengan setulus hati.

Ketika Tiara sudah mulai dekat dan menyayangi Ridwan begitupun perasaan Ridwan kepada Tiara, Putra menghubungi Tiara kembali dan mengajaknya untuk kembali lagi bersama Putra. Putra meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kehilafan dia selama ini, namun Tiara bingung dengan perasaannya. Ia masih mencintai Putra yaitu Cinta Pertamanya sedangkan disisi lain dia juga mencintai Ridwan yang sudah membuat hari-hari Tiara kembali lagi menjadi hari-hari yang cerah dan penuh warna. Akhirnya Tiarapun memutuskan untuk menerima Putra kembali menjadi kekasihnya.
“ Terimakasih Tiara kamu sudah mau menerima aku sebagai kekasihmu lagi, aku janji aku nggak akan mengulangi lagi kesalahan terbesar aku ini, aku janji Tiara.” Tutur Putra. “ Iya,,aku nggak butuh janji kamu aku hanya butuh bukti kamu Put.” Jawab Tiara. “Pasti akan aku buktikan.” Jawab Putra.
Setelah Tiara dan Putra kembali lagi, Ridwan sudah mulai menjauhi Tiara. Hati ridwan sangat-sangat pedih dan hancur berkeping-keping melihat mereka bersama.

Bel waktu pulang sekolah telah berbunyi, para siswa itu pun mulai meninggalkan ruangan kelas. Tiara berjalan keluar dari dalam kelas, ia seperti orang kebingungan dengan apa yang ia ambil dari keputusannya itu, ia tidak pernah melihat lagi Ridwan disekolah. “ Kemana Ridwan ?” Tanyanya dalam hati. Tiara pun pulang kerumah dan mengganti pakaiannya didalam kamar.
“toook...tokkk..tokk.” suara ketukan pintu kamar Tiara. Ibunya memanggil. “ Tiara, buka pintunya sayang!!”
“ Iya mah, sebentar.” Jawab Tiara. Tiara membukakan pintu kamarnya. “ ada apa mah?” tanya Tiara.
“ ini ada surat untuk kamu, dari Ridwan !” tutur Ibunya.
Tiara kaget...
“ Apa bu, dari Ridwan ??”
“ Iya dari Ridwan, sudah baca dulu saja suratnya siapa tau ada sesuatu yang penting !!” Tutur Ibunya.
“ terimakasih bu.” Tutur Tiara.

Dalam surat ini Ridwan menulis sebuah tulisan yaitu yang berisi  :
To : Tiara orang yang aku sayang
“ Tiara maaf sebelumnya aku tidak menemui kamu sebelum aku pindah rumah dan belakangan ini aku mulai menjauhi kamu, aku nggak mau mengganggu hubungan kamu sama Putra, aku ingin melihat kamu bahagia bersama dia. Sebenarnya aku mengetahui saat kamu mencari-cari aku.”

Jujur hati ini hancur berkeping-keping saat aku tau kamu bersamanya, jujur aku menyayangimu lebih dari seorang teman. Aku mencintaimu semenjak kamu masuk SMP. Tetapi, aku tidak berani untuk mengungkapkannya apalagi semenjak kita dekat hati ini sangat-sangat bahagia.

Hanya satu pesan yang aku titipkan untuk kamu, terus tersenyum meski hati kita tersakiti, dan semoga saja hubungan kamu bersama Putra dapat berjalan lama. Amienn, I Always Love You Tiara.

Tiara meneteskan air matanya setelah membaca surat dari Ridwan. Tiara bingung apa yang harus ia lakukan setelah ia mengetahui bahwa Ridwan sudah meninggalkan dia.

Sinar pagipun sudah mulai memancarkan cahayanya, Tiara berdiri dibawah pohon yang penuh dengan ukiran huruf-huruf, ia berdiri ibarat sebuah patung, matanya tidak berkedip memandang kearah ukiran huruf-huruf itu. Didalam pikirnya hanya memikirkan “Bagaimana keadaan Ridwan, mengapa aku selalu memikirkan Ridwan. Apakah aku benar-benar mencintainya ?” Tanya Tiara dalam hatinya.

Beberapa bulan kemudian, Tiara mengambil surat kelulusannya disekolah. Dia  terus berdiri didepan pekarangan sekolahnya, ia meningat masa-masa saat bertemu Ridwan pertama kalinya. “ Aku rindu kamu Ridwan.” Tutur Tiara. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki, dengan terburu-burunya Tiara membalikan badannya.
“Ridwan..”
“Tiara...”

Mereka berhadap-hadapan, tanpa mengatakan sesuatu namun tatapan mata mereka mencerminkan hati yang mengandung kegirangan yang meluap-luap.
“ kamu tega meninggalkan aku Ridwan.” Tutur Tiara.
“ Bukannya aku tega Tiara, aku hanya ingin melihat kamu bahagia bersama Putra, dan aku nggak mau hati ini terus-terusan merasakan sakit, serta aku juga harus ikut pindah bersama orangtuaku.” Jawab Ridwan
“ Maafkan aku Ridwan, aku tidak bermaksud melukai perasaan kamu.”
“ Ia tidak apa-apa Tiara.” Jawab Ridwan
“ Tetapi Ridwan.”
“ Tetapi apa Tiara?” tanya Ridwan.
“ Aku menyayangi dan mencintai kamu?” Jawab Tiara.
“ tetapi bagaimana hubungan kamu dengan Putra?” Tanya Ridwan.
“ Entahlah, aku bingung !” jawab Tiara.

Tiba-tiba suara langkah kaki mendekati mereka berdua, dan ternyata dia adalah Putra. Putra marah dan menatap Tiara dengan mata yang sangat tajam, Tiara bingung apa yang harus ia lakukan. Tiba-tiba Putra mengeluarkan satu pertanyaan yang sulit untuk dijawab Tiara. 
“ Tiara siapa yang mau kamu pilih untuk menjadi kekasih kamu,,aku  sudah mendengar semua pembicaraan kamu bersama Ridwan.?” Tanya Putra.
Tiara hanya terdiam membisu, Tiara bingung mau menjawab apa. Tiara mencintai kedua pria ini, tetapi dalam sisi lain Tiara juga tidak mungkin memilih salah satunya. Apabila ada salah satu seorang pria yang ia pilih untuk menjadi kekasihnya ia akan menyakiti salah satu perasaan pria itu. Tiara pun memutuskan untuk tidak memilih salah satu dari mereka berdua untuk menjadi kekasihnya walaupun Tiara mencintai dan menyayangi mereka berdua. “ maaf Putra kita harus mengakhiri hubungan ini, dan kamu Ridwan aku juga tidak mungkin memilih kamu untuk menjadi kekasihku. Lebih baik kita semua berteman, aku tidak mau ada seseorang dari kalian berdua yang merasakan sakit. Terimakasih untuk semua kasih sayang dan kebaikan yang kalian berikan selama ini untukku.” Tutur Tiara.
“ Baiklah Tiara.” Ujar Ridwan dan Putra